Selasa, 04 Januari 2011

vial


Pendahuluan Vial
VIAL
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai kondisi konotasi relatif, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikrorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba. (Lachman, hal 1254).
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurniaan tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi. (Lachman, hal 1292).
Produk steril termasuk sediaan parentral, mata dan irigasi. Preparat parental bisa diberikan dengan berbagai rute. Lima yang paling umum adalah intravena, intramuskular, subkutan, intrakutan dan intraspinal. Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat, seperti pada keadaan gawat, bila penderita tidak dapat diajak bekerjasama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau bila obat tersebut tidak efektif dengan cara pemberian yang lain. Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan, atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut, atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.
Injeksi intramuskular dilakukan dengan memasukkan kedalam otot rangka. Tempat suntikan sebaiknya sejauh mungkin dari saraf-saraf utama atau pembuluh-pembuluh darah utama. Pada orang dewasa tempat yang paling sering digunakan untuk suntikan intramuskular adalah seperempat bagian atas luar otot gluteus maksimus. Sedangkan pada bayi, tempat penyuntikkan melalui intra muskular sebaiknya dibatasi paling banyak 5 ml, bila disuntikkan kedaerah gluteal, dan 2 ml bila di deltoid.
Injeksi intravena memberikan beberapa keuntungan :
1. efek terapi lebih cepat didapat.
2. dapat memastikan obat sampai pada tempat yang diinginkan .
3. cocok untuk keadaan darurat
4. Untuk obat-obat yang rusak oleh cairan lambung.
Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial dapat berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi. (R. Voight hal 464).
Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran ganda):
1. Perlu pengawet karena digunakan berulang kali sehingga kemungkinan adanya kontak dengan lingkungan luar yang ada mikroorganismenya
2. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung isotonis (0,6% – 0,2%) (FI IV hal. 13)
3. Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya
4. Zat pengawet (FI IV hal 17) keculai dinyatakan lain, adalah zat pengawet yang cocok yang dapat ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan dalam wadah ganda/injeksi yang dibuat secara aseptik, dan untuk zat yang mepunyai bakterisida tidak perlu ditambahkan pengawet
ADRENALIN (Epinefrin HCl)
Sediaan steril yang akan dibuat adalah injeksi adrenalin secara intramuskular, dimana zat yang digunakan adalah epinefrin. Kegunaan dari epinefrin adalah untuk mengembalikan kondisi fisiologis dari gejala darurat (seperti edema laryngeal, bronkospasme, dan hipotensi), dan dapat juga di kaitkan dengan reaksi hipersensitivitas seperti anafilaksis dan angioedema. Tetapi disini yang dibahas adalah efeknya sebagai obat yang dapat mengatasi syok anafilaktik, yang mana memerlukan terapi sesegara mungkin dibanding kondisi lainnya.
ANASTETIK LOKAL (Lidokain HCl)
(FT hal. 240-241)
Injeksi Lidokain adalah larutan yang dibuat dari Lidokain Hidroklorida dengan penambahan asam klorida P dalam air untuk injeksi atau dari lidokain hidroklorida dalam air untuk injeksi. Kadar lidokain HCl C14H22N2O.HCl tidak kurang dari 96,0 % dan tidak lebih dari 105,0 %. Penggunaan terapi lidokain hanya digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel, terutama diruang perawatan intensif. Lidokain efektif terhadap aritmia ventrikel yang disebabkan oleh infark miokard akut, bedah jantung terbuka dan dialisis.
Interaksi obat lidokain dimana β bloker dapat mengurangi aliran darah hati pada penderita penyakit jantung dan akan menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme lidokain dan meningkatkan kadarnya dalam plasma. Obat-obat yang bersifat basa dapat menggantikan lidokain dari ikatannya pada α 1 – acid glocoprotein. Kdar Lidokain plasma meninggi pada penderita yang menerima simetidin. Mekanisme interaksi ini kompleks, dan selama pemberian simetidin perlu penyesuaian sengan dosis lidoikain. Lidokain memperkuat efek suksinilkolin.
Farmakodinamik :
Lidokain adalah anastetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Anastesia terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain. Lidokain merupakan aminoetilamid. Pada larutan 0,5% toksisitasnya sama, tetapi pada larutan 2% lebih toksik daripada prokain. Larutan lidokain 0,5% digunakan untuk anastesia infiltrasi, sedangkan larutan 1,0-2% untuk anestesia blok dan topikal.
Farmakokinetika :
Lidokain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dpt melewati sawar darah otak. Kadarnya dalam plasma fetus dapat mencapai 60% kadar dalam darah ibu.
ANTI ALERGI (Diphenhidramin HCl)
Farmakologi:
Diphenhidramin HCl termasuk antihistamin golongan etanolamin yang mempunyai khasiat antara lain dapat berefek sebagai antihistamin yaitu dapat mengatasi reaksi alergi, berefek sedatif yang dapat menguntungkan bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit ataupun pasien yang perlu banyak tidur, berefek sebagai antikolinergik dan juga antiemetik. Disamping itu diphenhidramin HCl dapat mengatasi paralisis agitans, mengurangi rigiditas dan memperbaiki kelainan pergerakan.
Setelah pemberian oral atau parenteral, diphenhidramin HCl diabsorpsi secara baik. Untuk mengatasi reaksi alergi, maka diharapkan obat tersebut langsung dapat memberikan efek sehingga rasa gatal, sakit, bercak merah, dan udem dapat langsung diatasi. Untuk dapat memberikan efek yang cepat biasanya diphenhidramin HCl diberikan secara parenteral/injeksi. Injeksi diphenhidramin HCl dapat diberikan secara intravena maupun intramuskular.
HEMOSTATIK (Vitamin K)
(Farmakologi dan Terapi hal 731-732,747-761)
Hemostasis merupakan proses penghentian pendarahan pada pembuluh darah yang cedera. Dalam proses ini pembuluh darah akan mengalami vasokontriksi, trombosis akan beragregasi membentuk sumbat trombosit. Selanjutnya sumbat trombosit oleh fibrin yang terbentuk dari proses pembekuaan darah akan memperkuat sumber trombosis yang telah terbentuk sebelumnya. Hemostatik adalah zat/obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan.
Pendarahan dapat dihentikan dengan memberikan obat yang dapat meningkatkan pembentukan faktor-faktor pembekuan darah misalnya vitamin K. pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan bisintesis beberapa faktor pembekuan darah yaitu protombin. Vitamin K diabsorbsi dengan mudah estela penyuntikan i.m. Bila terdapat gangguan absorbsi vitamin K akan terjadi hipoprotrobinemia setelah beberapa minggu, sebab persediaan vitamin K dalam tubuh hanya sedikit.
SEDATIVA, DEPRESAN SSP (Phenobarbital/Luminal)
Hipnotik-sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP) yang relatif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anastesi, koma dan mati, tergantung dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan respon terhadap perangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiolgis.
Phenobarbital berefek sebagai sedatifa namun karena sifatnya yang sangat sukar larut dalam air maka dipilih Phenobarbital Na yang sangat mudah larut dalam air (air sebagai pelarut). Memiliki masa kerja 10-16 jam, dimana 90% dari dosis diekskresikan menjadi p-hidroksi. Aktivitasnya lebih kuat dari barbital. (Diktat Kimia Medisinal 3)
Phenobarbital merupakan obat golongan hipnotika-sedatif, sehingga dapat menimbulkan efek depresi pada susunan saraf pusat. Dengan diberikan dalam bentuk injeksi, maka efeknya akan lebih cepat tercapai karena langsung masuk ke dalam aliran darah dan langsung mencapai reseptor. Phenobarbital dibuat dalam sediaan injeksi dalam vial yang diberikan secara parenteral. Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan bila dinginkan kerja obat yang cepat seperti pada keadaan gawat, bila pasien tidak dapat diajak kerjasama dengan baik selama pengobatan, tidak sadar atau tidak tahan menerima pengobatan melalui oral atau bila obat ini sendiri tidak efektif dengan cara pemberian oral.
NEUROTROPIK (Vit B1, B6, B12)
Injeksi neurotropik adalah sediaan yang berperan dalam mengatasi rasa nyeri pada jaringan syaraf. Injeksi neurotropik biasanya mengadung vitamin B1, B6 dan B12. Vitamin B1 berperan dalma membantu metabolisme karbohidrat. Vitamin B6 dapat membantu metabolisme protein yang berperan dalam pembentukan enzim yang berfungsi mentransmisikan sel saraf. Sedangkan vitamin B12 berfungsi dalam membantu metabolisme asam nukleat dalam pembentukkan enzim dan protein yang berperan di dalamnya.
VIT B12 (FT hal. 738)
Vitamin B12 merupakan vitamin B kompleks yang mengandung cobalt, yang dipasaran terdapat dalam bentuk Sianokobalamin dan Hidroksokobalamin yang merupakan bentuk sintetis dari vitamin B12. Vitamin B12 digunakan untuk perawatan anemia dan kekurangan vitamin B12. Bentuk vitamin yang digunakan adalah bentuk hidroksokobalamin. Sianokobalamin atau hidroksokobalamin bbiasanya diberikan kepada pasien dengan malabsorbsi vitamin B12. Selain itu, sianokobalamin dan hidroksokobalamin juga digunakan untuk mengontrol malabsorbsi selektif dari B12 dan defisiensi dari transkobalamin II yang dikarenakan faktor keturunanan(hereditas). Dosis yang besar dari sianokobalamin digunakan untuk mengontrol methylmalonic aciduria pada bayi dan wanita hamil.
Sianokobalamin biasa diberikan melalui jalur/rute pemberian intra muskular (i.m) atau injeksi subkutan yang dalam. Karena obat yang diberikan akan mengalami eksresi yang cepat setalah pemberian melalui rute intra vena (i.v), maka pemberian rute intra vena (i.v) harus dihindari. Hidroksokobalamin hanya diberikan melalui rute intra muskular.
Pada manusia sumber vitamin B12 yang berasal dari luar tubuh diperlukan untuk sintesis nucleoprotein dan myelin, reproduksi sel, pertumbuhan. Vitamin B12 sangat dibutuhkan untuk sel dengan karakteristik yang cepat (cth: sel epitel, sel sumsum tulang). Vitamin B12 dapat dirubah menjadi koenzim B12 di dalam jaringan, dan ini sangat dibutuhkan untuk merubah metilmalonate menjadi suksinat, dan sintesis methionine dari homosistein, reaksi inijuga memerlukan folat.
Defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan anemia megalobastik, dan kerusakan saraf, dimana diawali dengan ketidakmampuan untuk memproduksi myelin yang diikuti degenerasi secara bertahap dari axon dan kepala saraf. Pemberian vitamin B12 secara parenteral dapat mencegah anemia dan gejala karena kekurangan vitamin B12 lainnya. (AHFS Drugs Information 2003, hlm 3512-3515)
VIT B1 & B6 (FT hal. 719)
Injeksi vitamin B1 dan B6 adalah sediaan yang berperan dalam mengatasi rasa nyeri pada jaringan saraf. Pemberian injeksi vitamin B1 dan B6 dilakukan melalui intramuskular, karena pada pembarian intravena untuk vitamin B1 secara cepat akan terjadi efek langsung pada pembuluh darah perifer berupa vasodilatasi ringan, disertai penurunan tekanan darah yang bersifat sementara.
ANTIINFLAMASI
(Metil Prednisolon Na Suksinat)
Kortisol dan analog sintetiknya dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik dan alergen. Gejala ini umumnya berupa : kemerahan, rasa sakit dan panas, serta pembengkakan di daerah radang. Secara mikroskopik obat ini kecuali menghambat fenomena inflamasi dini udem, deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktifitas fagositis juga dapat mengambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut (proliferasi kapiler dan fibriblast, pengumpulan kalogen dan pembentukan sikatriks).
Penggunaan klinik kortikosteroid sebagai antiinflamasi merupakan terapi paliatif, dalam hal ini penyebab penyakit tetap ada hanya gejalanya yang dihambat. Sebenarnya hal inilah yang menyebabkan obat ini dapat digunakan untuk berbagai penyakit, bahkan sering disebut life saving drug, tetapi juga mungkin menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Karena gejala antiinflamsi ini sering digunakan sebagai dasar evaluasi terapi inflamasi, maka pada penggunaan glukokortikoid kadang-kadang terjadi masking effect, dari luar nampaknya penyakit sudah sembuh tetapi infeksi didalam masih terus menjalar.
Metil prednisolon Na suksinat merupakan golongan kortikosteroid sebagai antiinflamsi yang dapat diberikan secara parenteral (IV, IM, intrasinovial,intralesi). Metil prednisolon Na suksinat ini merupakan sinonim dari deksametason yang mempunyai efek antiinflamasi paling besar. (Clarke’s hal. 518)
i. Indikasi
Untuk memperbaiki kekurangan akibat insuffisiensi sekresi korteks adrenal akibat gangguan fungsi atau struktur adrenal sendiri (insuffisiensi primer) atau hipofisis (insuffinsiensi sekunder, untuk asma bronkial, alergi, penyakit mata, penyakit kulit, penyakit hepar, gangguan hematologik lain dan syok).
ii. Kontraindikasi
Diabetes mellitus, tukak peptik, infeksi berat, hipertensi atau gangguan kardiovaskuler lainnya patut diperhatikan.
iii. Efek Samping
penggunan terus menerus dengan dosis yang besar atau penghentian pengobatan tiba-tiba menyebabkan demam, mialgia dan malaise dan juga terjadi komplikasi yang menimbulkan pendarahan atau preforasi osteoporosis, miopati dan muka rembulan (full moon face).
Sediaan kotrtiosteroid dapat dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan masa . kerjanya. Tabel 1. menunjukan penggolongan korikosteroid berdasarkan masa kerja masing-masing sediaan sesuai dengan aktifitas bilogisnya. Sediaan kerja singkat mempunyai masa penuh biologis kurang dari 12 jam, sediaan kerja lama masa paruhnya lebih dari 36 jam, sedangkan yang kerja sedang mempunyai paruh antara 12-36 jam. (Farmalogi Terapi, hal. 487)
KORTISON
Zat aktif yang digunakan adalah kortison, tetapi dikarenakan zat tersebut sukar larut dalam pelarut air, maka digunakan bentuk garamnya sebagai zat aktif yaitu, hidrokortison Na phospat, dengan dosis yang digunakan adalah 100mg/hari. Dan metode pembuatannya dilakukan secara aseptis karena hidrokortison tidak tahan pemanasan sehingga tidak dilakukan sterilisasi akhir.
PROKAIN HCl
Prokain HCl dibuat sediaan injeksi karena untuk mendapatkan efek yang lebih cepat, kita menggunakan wadah berupa vial karena sediaan injeksi Prokain HCl merupakan sediaan dosis ganda dimana pemakaiannya lebih dari satu kali. Pengawet harus ditambahkan untuk mencegah tumbuhnya mikroba sehingga sterilitas tetap terjaga.
KONTRASEPSI
(Medroksi progesterone asetat)
Kontrasepsi adalah tindakan untuk mencegah konsepsi atau kehamilan. Tiga cara pemberian kontrasepsi hormonal:
1. Oral : Preparat kombinasi
2. Suntikan : Medroksi progesterone asetat, estradiol sipronat
3. Subkutan : Etanogestrel


VIT B1 (FT hal. 717-718)
Defisiensi berat menimbulkan penyakit beri-beri yang gejalanya terutama tampak pada sistem saraf kardiovaskular. Gangguan saraf dapat berupa neuritis perifer dengan gejala rasa berat dan lemah pada tungkai, gangguan sensorik seperti hipertesia, anestesia, rasa nyeri dan rasa terbakar.
KORTIKOSTEROID (FT hal. 697)
Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak; dan juga fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem saraf dan organ lain. Karena fungsi kortikosteroid penting untuk kelangsungan hidup organisme, maka dikatakan bahwa korteks adrenal berfungsi homeostatik, artinya: pentingnya bagi organisme untuk dapat mempertahankan diri dalam menghadapi perubahan lingkungan.
VIT B2 ( FT hal. 718)
Penggunaannya yang utama adalah untuk pencegahan dan terapi defisiensi vitamin B2 yang sering menyertai pellagra atau defisiensi vitamin B kompleks lainnya, sehingga riboflavin sering diberikan bersama vitamin lainnya.
ESTRADIOL (FT hal. 440)
Estrogen endogen pada manusia terdiri dari estradiol, estriol dan estron. Sekresi estradiol paling banyak dan potensi estrogeniknya juga paling kuat. Oksidasi estradiol menjadi estrol dan hidrasi estron menjadi estriol terutama terjadi di hepar, ketiga jenis estrogen tersebut diekskresikan melalui urin dalam bentuk konyugasi dengan asam sulfat atau glukuronat.
DIAZEPAM (FT hal. 21)
Diazepam merupakan obat golongan anastesi umum yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Diazepam dibuat dalam bentuk sediaan injeksi yang ditujukan dalam keadaan darurat karena dapat mencapai efek yang cepat.
THIAMINFENIKOL (FT hal. 659-660)
Tiamfenikol digunakan untuk indikasi yang sama dengan kloramfenikol. Selain itu juga telah diberikan untuk infeksi saluran empedu dan gonore. Dibuat suspensi rekonstitusi karena sangat cepat terurai (10menit) jika dalam bentuk larutan.
WARFARIN (FT hal. 749)
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembekuan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya thrombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah in vitro pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi.
ANTI INFEKSI (Gentamisin Sulfat)
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain.
Diposkan oleh Formulasi Steril di 03.05 http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif
FORMULA VIAL
Injeksi Kortikosteroid
Formula jadi
Deksametason Na fosfat 25 mg (DI 88 hal 1720)
Benzil alkohol 0,5%
Aqua p.i ad. 5 ml
Latar belakang
- Deksametason Na fosfat sebagai zat aktif untuk mengatasi kondisi alergi yang kronik secara i.m (5x suntik @ 5mg/ml)
- Benzyl alcohol sebagai pengawet untuk wadah takaran ganda
- Pembuatan : aseptis dalam LAF
Deksametazon Na fosfat : Radiasi gama
Benzyl alcohol : otoklaf
Aqua p.i : otoklaf
- Wadah : vial + aluminium foil
Rendam tutup dengan pengawet benzyl alcohol 0,5 % 30 menit
Injeksi Vitamin B1
Formula jadi
Thiamin HCl 500mg (DI 88 hal 2103)
Klorbutanol 0,5% (Martin 28 hal 1639)
Dapar asetat pH 2,45
Aqua p.i ad. 5ml
Latar belakang
- Thiamin HCl sebagai zat aktif untuk defisiensi vit b1 yang parah pada orang dewasa sehingga 5x suntik (@100mg/ml)
- Klorbutanol digunakan sebagai pengawet karena merupakan sediaan dalam wadah takaran ganda
- Dapar asetat pH 2,45 digunakan karena vitamin b1 lebih stabil pada pH 4 atau kurang (Martin)
- Pembuatan : aseptis dalam LAF
Vit b1 : Radiasi gama
Klorbutanol : Gas ETO
Dapar aseta pH 2,45 : otoklaf
- Wadah : vial + aluminium foil
· N B: vial coklat
· Tutup karet ial direndam dengan chlorbutanol 0,5 % selama 30 menit
Injeksi Adrenalin
Formula
Injeksi Adrenalin ( Efinefrin )
Tiap vial mengandung :
Epinefrin HCl 0,5 mg/ mL
Na bisulfit 0,15 %
Chlorobutanol 0,5 %
HCl ad. pH 2,2 - 5
NaCl 0,9 % ad. 5 ml
Latar belakang pemilihan formula
a. Na bisulfit digunakan sebagai antioksidan karena epinefrin dapat teroksidasi oleh udara dan berubah warna menjadi pink; sebagai pendapar karena epinefrin punya rentang pH yang dapat menyebabkan terjadi degradasi.
b. Chlorobutanol digunakan sebagai pengawet karena sediaan yang dibuat dalam dosis ganda
c. NaCl 0,9% digunakan sebagai pelarut dimana chlorobutanol lebih stabil
d. HCl digunakan sebagai peningkat pH hingga diperoleh pH asam
Perhitungan dan penimbangan
Volume total Vial (untuk 8 vial )
= ( n x v ) + ( 10 % x VT )
= ( 8 x 5 mL ) + (10 % x 40 mL )
= 40 mL + 4 mL
= 44 mL
Penimbangan
1 vial = 5 ml
Volume larutan 1 vial
= volume + (10% x volume)
= 5 ml + (10% x 5 ml)
= 5,5 ml
Volume larutan 8 vial = 5,5 ml x 8
= 44 ml
Epinefrin HCl = x 44 ml
= 4,4 mg
Na bisulfit = x 44 ml
= 13,2 mg
Chlorobutanol = x 44 ml
= 44 mg
NaCl 0,9 %
= 44 mL – ( 0,0044 + 0,0132 + 0,044 ) mL
= 43,9384
Injeksi Deksametason
Fornas hal 94
Tiap 4 ml mengandung :
Dexamethason Natrium fosfat 10 mg
Na Benzoat 0,5 %
Aqua p.i ad 4 ml
Latar belakang pemilihan formula :
a. Dexamethason Natrium fosfat digunaka karena mudah larut larut dala air sedangkan dexametason praktis tidak larut dalam air, karena sediaan injeksi akan dibuat menggunakan air sebagai pelarut
b. Digunakan aqua pi suatu pembawa yang berfungsi sebagai pelarut.
c. Pengawet yang digunakan adalah Na. Benzoat yang berfungsi sebagai antimikroba. Digunakan pengawet karena injeksi dalam wadah vial pengambilannya berulang dan mudah terkontaminasi dengan udara. Na. Benzoat dengan pH 8,0 bisa untuk mempertahankan pH zat aktif.
d. Dosis Dexamethason Natrium Fosfat dipilih 10 mg ditujukan kepada penderita edema serebral (0,5-24 mg/hari)
e. Sterilisasi pada Dexamethason Natrium Fosfat digunakan dengan cara filtrasi karena stabilitas dexamethason tidak tahan panas atau tidak stabil
Dibuat 8 vial vial 4 ml :
V = vol + ( 10-30% )
= (8 x 4 ml) + (30% x 8 x 4 ml)
= 41,6 ml ~ 45 ml
Dex. Na. fosfat = 45 ml x 10 mg = 112,5 mg
4 ml
Na. Benzoat = 0,5 x 45 ml = 0,255 g
100
Aqua pi = 45 ml – (0,1125 + 0,255)
= 44,6325 ml
Injeksi Vitamin B12
Sianokobalamin 1 mg
Benzalkonium klorida 0,01 %
Aqua pro injeksi ad 1ml
Injeksi Vitamin K (Vial)
(punya yuki)
Asam ktraneksamat 1 g
(Martindale 28 hal 738,
Formulasi dasar di Martindale 28 hal 739)
Benzalkonium klorida 0,01 %
Aqua pi ad 10ml
Penggunaan : 2 x suntik shari
Latar belakang :
asam traneksamat sbg hemostatik pd gangguan pendarahan
Sterilisasi : Autoklaf.
Injeksi vitamin K (Vial)
Vitamin K3 (punya yuki)
Menadiol Na. Difosfat 25 mg ( DI 88 hal 2119 )
Benzalkonium klorida 0,01 %
Na metabisulfit 0,01 %
Aqua pi ad 5 ml → u/ 5x suntik
Latar belakang :
Indikasi : pengobatan hipoprotrombinemia dipilih zat aktif tersebut karena lebih larut air ( derivat)
Pembuatan : Autoklaf
Wadah : Ampul Coklat
Injeksi hemostatik
Rencana formula :
Vitamin K 5 mg/mL
Na metabisulfit 0,01%
Propil paraben 0,1%
Ol.sesami ad 10 mL
Volume larutan yang akan dibuat
Untuk 1 vial
V = V’ + (20%xV’) mL
= 10 + (20%x10) mL
= 12 mL
Vitamin K : 5 mg/mL x 12 mL = 60 mg
Na metabisulfit : 0,03% x 12 mL = 3,6 mg
Propil paraben : 0,1% x 12 mL =12 mg
Formula Jadi
Vitamin K 5 mg/mL
Na metabisulfit 3,6 mg
Propil paraben 12 mg
Ol.sesami ad 10 mL
Injeksi estradiol
Formula jadi :
Estradiol Benzoat 5 mg
BHT 0,03 %
Oleum Sesami pi ad 5 ml
Latar Belakang :
Dosis Estradiol Benzoat 1 mg, sebagai suplai estrogen pada wanita menopouse ( Martindale P
Digunakan antioksidan (BHT) karena digunakan pembawa minyak yang mudah teroksidasi.
Tidak perlu pengawet karena minyak bukan merupakan media pertumbuhan mikroba.
Rute : IM
Sterilisasi : Oven 150 ºC, 1 jam
Injeksi Vit B2 ( Riboflavin ) ( Vial )
Riboflavin 10 mg ( Martindale 28 hal 1642 )
Benzalkonium klorida 0,01 %
- Larutan jenuh Nikotinamid ad 4 ml
(Martindale 28 1650 )
- Sterilisasi : Autoklaf
- Wadah : Vial coklat
- Riboflavin sbg pengobatan defisiensi riboflavin
- Dosis penyuntikan : 5 mg / 2 ml. u/ 2 x suntik
- Nikotinamid u/ menambahkan kelarutan riboflavin.
- Larutan jenuh = 1 : 1 → nikotinamid: Aqua pi
- Jd diperlukan 4,4 g nikotinamid dlm 4,4 ml aqua pi ( stlh ditambahkan kelebihan vol 10 % )
Injeksi Kortison
R/ Hidrokortison Na phospat 500 mg
Benzalkonium klorida 0,02 %
Aqua P.I ad 5 ml
Injeksi Hidrokortison ( 12 ampul )
Rekonstitusi (punya yuki)
Formula jadi
Hidrokortison Na. Fosfat 50 mg
Aqua pi ad 10 ml
Tiap Vial mengandung :
Hidrokortison Na. Fosfat 50mg
Tiap Ampul mengandung :
Aqua pi ad 10 ml
Teknik pembuatan : Aseptis ( LAF ), ( Filtrasi )
Latar belakang :
Hidrokortison Na. Fosfat sbg kortikosteroid u/ terapi pengganti pd pasien dgn kelainan adrenocortical,
Rute scr IV atau IM
Injeksi Vitamin B1 dan B6
Dibuat volume vial 5 ml
Jumlah vial yang dibuat 8 buah
Jumlah volume larutan dapar yang akan dibuat
= 5,5 ml x 8 buah + (30% (5,5 ml x 4 buah))
= 57,2 ml ~ 60 ml
- Vitamin B1 : 8 x 100 mg = 800 mg
- Vitamin B6 : 8 x 300 mg = 2400 mg = 2,4 g
- Asam Askorbat : 0,05 % x 60 ml
= 0,03 ml = 0,03 g = 30 mg
- EDTA : 0,01 % x 60 ml = 0,006 ml
= 0,006 g = 6 mg
Pengenceran :
Asam Askorbat = 50 mg
Lar. Dapar asetat = ad 20 ml
Vol yang diambil = 6/50 x 20 ml = 2,4 ml
- Benzetonium klorida : 0,01 % x 60 ml = 0,006 ml 0,006 g = 6 mg
Pengenceran :
Asam Askorbat = 50 mg
Lar. Dapar asetat = ad 20 ml
Vol yang diambil = 6/50 x 20 ml = 2,4 ml
- Larutan dapar asetat : 60 ml
§ Asam Asetat Glasial = qs
§ Na. asetat anhidrat = 60/1000 x 10 g
= 0,6 g = 600 mg
§ Aqua pro injeksi = ad 60 ml
Pembuatan dapar asetat pH 3,7 :
Larutkan na. asetat anhidrat P dalam 18 ml aqua pi. Atur pH ad 3,7 dengan penambahan asam asetat glasial, encerkan dengan aqua pi ad 60 ml.
Injeksi Kontrasepsi
Formula : suspensi dalam air
Medroksi progesteron asetat 300 mg
(DI 1823, Martindale 1416)
CMC Na 0,05%
Benzolkonium Cl 0,01%
Aqua pi ad 4 ml
*) Disuntukkan 150 mg setiap 3 bulan(i.m)
Sebagai kontrasepsi
Injeksi Prokain HCl
(punya yuki)
Prokain HCL 250 mg ( DI 88 hal 1856 )
Benzalkonium klorida 0,01 %
Aqua pi ad 5ml
- Sbg anastesiperitonium .
- Dosis u/ skali penyuntikan 50 mg / ml. Jd u/ 5x suntik
Pembuatan autoklaf
Injeksi Prokain HCl
Prokain HCl 2 %
Benzalkonium klorida 0,01%
Asam askorbat 0,01%
Aqu pi ad 10 ml
Injeksi Depresan SSP
Formula Dasar (DI hal 1228)
Fenobarbital Na 60 mg/ml
Etanol 10%
Propilen glikol 75%
Aqua pi qs
Formula Jadi:
Fenobarbital Na 200 mg
Etanol 10%
Propilen glikol 75%
Aqua pi ad 5ml
Injeksi Fenobarbital
(yuki punya)
Formula Dasar : (Injectable Drug hal 1044)
Fenobarbital Na 130 mg/ml
Alkohol 10 %
Benzyl alkohol 1,5 %
Propilen glikol 67,8 %
Aqua pi qs
Latar Belakang :
Sterilisasi akhir (Otoklaf 121 ºC, 15 menit)
Propilen glikol karena umumnya larutan phenobarbital tidak stabil tetapi stabil dalam polietilen glikol / propilen glikol (Martindale)
Injeksi luminal (fenobarbital)
Phenobarbital 130 mg/ml
Benzil alkohol 1,5 %
Propilen glikol : aq p.i. (9:1) ad 5 ml
Latar belakang pemilihan :
Dosis Phenobarbital yang dipakai yaitu 130 mg/ml, dosis ini dipilih agar injeksi Phenobarbital ini dapat dipakai baik untuk hipnotik maupun sedative. Dimana dosis untuk hipnotik adalah 130 – 200 mg/ml, dan dosis untuk sedative adalah 100 -130 mg/ml (FORNAS hal. 238)
Phenobarbital tidak larut dalam air, sehingga dipakai propilen glikol untuk meningkatkan kelarutannya.
Pada formula ini digunakan benzyl alkohol sebagai bakterisid, karena formula ini dimaksudkan untuk pemakaian dosis ganda.
Injeksi Difenhidramin HCl
Formula jadi : (Yuki punya)
Difenhidramin HCl 50 mg
Benzalkonium Cl 0,01 %
Aqua pi ad 5 ml
Latar Belakang :
Fungsi : sebagai anti histamin
Sterilisasi : Otoklaf 121 ºC, 15 menit
Rute : iv / im
Injeksi difenhidramin HCl
Formula dasar
Difenhidramin HCl 1%
Benzalkonium Cl 0,01 %
Nacl 0,9%
Aqua pi ad 10 ml
Formula Jadi (Hitung tonisitas dulu)
Difenhidramin HCl 1%
Benzalkonium Cl 0,01 %
Nacl 0,78%
Aqua pi ad 10 ml
Injeksi analgetik non narkotik
(misal dibuat 3 vial), antalgin
Formula:
Antalgin 2,5 g
Nabisulfit 0,1%
Benzalkonium klorida 0,01%
Aqua pi ad 5 ml (5 x suntik @ 1ml)
Perhitungan:
V = [ (v x n ) + 10% (n x v) ] ml
= [(3 x 5 ) + 10%(3x5) ] ml = 16,5 ml ~ 17 ml
Penimbangan:
Antalgin = 2,5 g x 17 ml = 8,5 g
5 ml
Na bisulfit = 0,1 g x 17 ml = 0,017 g
100 ml
Benzalkonium klorida= 0,01 g x 17 ml = 1,7 mg
100 ml
Aqua pi ad 17 ml
Latar belakang formula:
- Antalgin sebagai zat aktif dimana zat ini berkhasiat sebagai analgetik pada kondisi pada kondisi yang parah
- Na bisulfit sebagai antioksidan karena antalgin mudah teroksidasi
- Benzalkonium klorida sebagai pengawet karena vial merupakan wadah takaran ganda
Pembuatan: Sterilisasi akhir dengan otoklaf 121oC selama 15 menit
Injeksi Relaksan otot sentral ( Vial )
Mefenisin 1g
Propilen glikol 1,5 ml
Alkohol 2,5 ml
Benzalkonium klorida 0,01 %
Aqua pi ad 10 ml
Sbg relaksan otot sentral atau relaksan otot hipertonik, rute IM
Dosis = 10 % larutan
Aturan pakai = 1 -10 ml scr IM ( Martindale 28 hal 992 )
Pelarut campur digunakan untuk menungkatkan kelarutan zat.
Injeksi Analgetik / Antiradang antirematik
Tiap vial (5ml) mengandung
Na diklofenac 375mg
Na benzoat 0,5%
Aqua pi ad 5 ml
Pembuatan : sterilisasi otoklaf
Stabilitas : pemanasan pada suhu 105 – 110 derajat selama 3 jam terurai 0,5 % dari 1000 g
Injeksi Lidokain HCl
Lidokain HCl 50 mg
Metil Paraben 0,1 %
Aqua pro injeksi ad. 10 ml
Injeksi Lidokain untuk anastetik lokal ( Vial ) (punya yuki)
Lidokain HCL 600 mg ( Martindale 25 hal 905 )
Benzalkonium Klorida 0,01 %
Aqua pi ad 4ml
- Lidokain HCL digunakan sbg anastetik lokal dgn dosis 200 mg.
- Dosis sekali peyuntikan = 150 mg, 1 ml ( u/ injeksi )
- Sterilisasi autoklaf
Injeksi Antiinfeksi
FORMULA DASAR (BNF 54, hal. 297)
Dalam vial 5 ml, tiap ml mengandung:
Gentamisin sulfat 40 mg
Aqua p.i ad.1 ml
Rute pemberian : Intramuskular
Dosis :120 mg/hari
RANCANGAN FORMULA
Dalam vial 5 ml, tiap ml mengandung:
Gentamisin sulfat 40 mg
Na metabisulfit 0,01 %
Na benzoat 0,5 %
Aqua p.i ad. 1ml
latar Belakang Penetapan Formula
- Dosis gentamisin sulfat 2 – 5 mg / kg / hari (dosis terbagi setiap 8 jam) untuk dosis parental, disuntikkan melalui intramuskular dan berkhasiat sebagai antibiotik.
- Natrium metabisulfit berfungsi sebagai antioksidan karena klorpromazin sangat mudah teroksidasi dan pH rendah sehingga digunakan pula antioksidan dengan pH rendah.
- Natrium benzoat berfungsi sebagai pengawet karena merupakan sediaan dosis ganda (vial).
Injeksi Sedativa
Latar belakang pemilihan formula :
o Phenobarbital sangat sukar larut dalam air, sehingga digunakan Phenobarbital Na yang sangat mudah larut air. Dipilih Phenobarbital Na karena merupakan turunan barbiturat dengan masa kerja panjang. Aktivitasnya lebih tinggi dibanding barbital, dan digunakan sebagai sedatif, hipnotik dan anti kejang. Awal kerjanya lambat ± 1 jam, dengan masa kerja yang cukup panjang 10-16 jam. Turunan barbiturate bekerja dengan menekan transmisi sinaptik pada sistem pengaktifan retikula di otak dengan cara mengubah permeabilitas membran sel sehingga mengurangi rangsangan sel post sinaptik dan menyebabkan deaktivasi koteks serebral. Phenobarbital Na pKa=7,4, pada pH fisiologis lebih dari 50% terdapat dalam bentuk tidak terionisasi sehingga mudah menembus jaringan lemak dan menunjukkan aktivitas sebagai penekanan sistem saraf pusat. (Kimia Medisinal Edisi 2 hal.233)
o Phenobarbital Na dalam pelarut air tidak stabil. Tetapi dengan pelarut propilen glikol lebih stabil sehingga dipilih propilen glikol.
o Digunakan alkohol adalah untuk membantu kelarutan dari zat aktif dan dapat juga sebagai pengawet.
o Digunakan aqua pro injeksi adalah untuk mendapatkan sediaan yang bebas pirogen
Formula dasar (DI 88 hal.1228)
- Phenobarbital Na 130 mg/ml
Alkohol 10 %
Propilen glikol 67,8 %
Aqua p.i q.s
- Phenobarbital Na 130 mg/ml
Alkohol 10 %
Benzylalkohol 1,5 %
Propilen glikol 67,8 %
Aqua p.i q.s
Formula Jadi
- Penobarbital Na 100 mg/ml
Propilen glikol 60 %
Alkohol 10 %
Aqua p.i q.s
Injeksi Tramadol
Tramadol HCl 50mg
Dextrose 5% in water 0,5g
benzalkoniumklorida 0,01%
Aqua pro injeksi ad 5ml
Latar Belakang pemilihan Formula
1. Pemilihan dosis 50- 100mg untuk 2 kali sehari 1 ml karena khasiatnya sebagai analgesik.
2. Dosis penyuntikan dipilih 1 ml karena pH Tramadol HCl yang bersifat asam (5,5) dikhawatirkan menimbulkan rasa sakit saat penyuntikan.
3. Dipilih jalur intravena karena Tramadol HCl berkhasiat sebagai analgesik sehingga dapat langsung memberikan efek.
4. Pemilihan wadah dalam vial 5 ml karena volume maksimal penyuntikan yang dipakai hanya 2 ml.
5. Digunakan dekstrose 5% dalam air untuk menghindari penyusutan kadar akibat pemanasan yang dapat berkurang 3 -5 %.
Perhitungan
Jumlah vial yang dibuat : 7 vial
Vial yang digunakan : 5 ml
Berdasarkan FI IV hal 1044 : Volume vial ditambahkan cairan encer = 0,3 ml
Vol larutan = 7 x ( 7 + 0,3 ) + ( 10 – 30%)
= 7 x ( 7,3 ) + 30%
= 51,1 + 15,33
= 66,43 ml ~ 70 ml
Penimbangan
Tramadol HCl : 70 x 50 mg = 3500 mg
1 ml
Dextrose 5% in water : 70 ml x 0,5 = 7 g
5 ml
= 5 % x 7 g = 0,35 g
Benzalkonium klorida : 0,01 x 70 ml = 7 mg
100
Pengenceran : 7 x 20 = 2,8 ml ~ 3 ml
50
Aqua Pro Injeksi :
70 ml – ( 3,5 + 7 + 0,35 + 3)g = 56,15 ml
Tramadol (Punya yuki)
Tramadol HCl 50 mg
Aqua pi ad 1 ml
Indikasi: narkotik analgesik
Rute iM dan IV
Sterilisasi otoklaf
Injeksi Tiamfenikol
Rancangan formula
Thiamfenicol glysinate hidroklorida 126 mg
Aqua ad 1 ml
Wadah :
· Tiap vial berisi : Thiamfenikol glisinate hidroklorida
· Tiap ampul berisi : 1 ml Aqua p.i
Volume penyuntikkan : 1 ml
Dosis : 126 mg/ml
Jalur : intravena, intramuscular
Dasar pemilihan formula :
1. Thiamfenikol yang digunakan thiamfenikol gliysinate hidroklorida umum digunakan untuk injeksi intravena dan intravaskuler karena lebih mudah larut dalam air dibandingkan thiamfenikol (Martindale ed 28)
2. Dibuat larutan rekonstitusi karena tiamfenikol glysinate hidroklorida tidak stabil dalam air sebab tiamfenikol mempunyai gugus amida yang apabila berada dalam media air akan terjadi hidrolisis dan memecah ikatan amida menjadi amina dan asam 1,2-dikloroasetat. (Conorts hal.461)
3. Dipilih dosis 100 mg/ml karena merupakan dosis injeksi intravena atau intramuscular yang diiindikasikan untuk antibakteri dan tidak boleh melebihi dari 100 mg/ml dan penyuntikkan tidak boleh lebih dari 1 menit setelah pencampuran. (Handbook of injectable drugs hal 286).
Injeksi Warfarin
Formula dasar
Warfarin Na 10 mg
NaCl 40 mg
Latar belakang dipilih formula:
Warfarin terurai oleh cahaya dan dalam bentuk larutan akan terurai setelah 4 jam, sehingga dibuat dalam bentuk rekonstitusi dan dikemas dalam wadah tidak tembus cahaya.
Perhitungan dan penimbangan
Rumus = {(n x v) + (10% x v)} mL
n = jumlah vial yang akan dibuat
v = volume injeksi tiap vial (mL)
Volume total 8 vial
= {(n x v) + (10% x v)} mL
= {(8 x 2,5) + (10% x 2,5)} mL
= 20 mL + 0,25 mL
= 20,25 mL
Sehingga aqua steril proinjeksi yang dibuat adalah 20,25 ml.
Dosis Warfarin Na = 10 mg/2,5 mL = 4 mg/mL
Total Warfarin Na yang ditimbang = 4 mg/mL x 20,5 mL = 82 mg
NaCl = 40 mg/2,5 mL = 16 mg/mL
Total NaCl yang ditimbang = 16 mg/mL x 20,5 mL = 328 mg
Injeksi Warfarin
(yuki punya)
Tiap ml mengandung:
Warfarin Na 2mg/ml
NaCl 0,866%
Teknik aseptik
Tiap ampul mengandung:
Aqua pi 5,6 ml
(Hitung kembali berdasarkan perhitungan vol vial)
Sterilisasi akhir:otoklaf untuk aqua pi
Direkonstitusi karena warfarin dalam larutan air stabil hanya selam
PREFORMULASI VIAL
Epinefrin HCl ( Martindale hal 852)
Rumus Molekul : C9H13NO3 . HCl
BM : 219,7
Pemerian : serbuk kristal atau granul, putih atau praktis putih, sedikit berbau, perlahan – lahan warnanya menjadi gelap jika terpapar udara dan cahaya.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam alkohol, eter, dan chloroform.akan cepat mengalami perubahan warna menjadi merah dengan adanya larutan Alkalis dan larutan netral
pH : 2.2 – 5.0 ( handbook on injectable drugs hal 494 )
Stabilitas : epinefrin HCl sensitive terhadap udara dan cahaya, dimana teroksidasi menjadi warna pink. ( handbook on injectable drugs hal 494 )
Sterilisasi : autoklaf pad suhu 121º C selama 15 menit, autoklaf pad suhu 115º C selama 30 menit.
( handbook on injectable drugs hal 494 )
Kegunaan : Syok Anafilaktik dan edema
Penggunaan : Epinefrin HCl digunakan melalui injeksi Sub kutan, intramuscular, intravena, ataupun intra kardiak. injeksi intramukular lebih di utamakan. ( handbook on injectable drugs hal 494 )
OTT : Golongan anestetik umum ( misalnya kloroform, trikloroetilen, siklopropan, anestetik hidrokarbon yang mengandung halogen (halogen) dan digitalis glikosida. (Drug information 2003 hal 2688)
Dosis : Secara Intramuskular (larutan 1 : 1000)
Anak – anak usia dibawah 6 bulan : 50 µg ;
Anak – anak usia 6 bulan – 6 tahun : 120 µg ;
Anak – anak usia 6 – 12 tahun : 250 µg
Dewasa 500 µg yang diulang setiap 5 menit;
Pada pengunaan secara I. M dan subkuran juga dapat diberikan dosis kecil antara 200 – 500 µg ;
Secara I.V (1 : 10.000) dengan dosis 500 µg rata – rata pemberiannya 100 µg/menit ( 1 mL/ menit)
Penyimpanan : dalam wadah dosis tunggal atau dosis ganda, simpan ditempat yang terlindung cahaya dan tertutup rapat
Natrium bisulfit ( Hand book of pharmaceutical exipient hal.452 ).
Rumus Molekul : NaHSO3
BM : 104.07
Pemerian : serbuk kristal putih sedikit higroskopis.
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3,5 bagian air 20˚C, larut dalam 2 bagian air pada suhu 100˚C
Stabilitas : Jika terpapar dengan udara bentuk kristalnya akan terdisintegrasi menjadi natrium sulfit
.
Sterilisasi : autoklaf
Kegunaan : antioksidan(oral, parenteral, topikal)
OTT : bereaksi dengan obat- obat simpatomimetik , kloramfenikol, dan fenil merkuri asetat
Konsentrasi : 0,01 – 1,0 %
Penyimpanan : simpan pada tempat yang tertutup rapat dan kering, terlindung dari cahaya
Chlorobutanol ( Hand book of pharmaceutical exipient hal. 111 )
Rumus Molekul : C4H7Cl3O
BM : 177,46
Pemerian : kristal putih atau hampir tidak berwarna, bau seperti kamper, mudah menguap
Kelarutan : praktis larut dalam kloroform, eter, methanol, dan minyak yang mudah menguap; larut dalam 1 bagian etanol 95 %; larut dalam 10 bagian gliserin; larut dalam 125 bagian air.
pH : stabil pada pH 3 tapi potensi akan menurun dengan peningkatan pH
Stabilitas : dalam bentuk serbuk mudah menguap dan cepat tersublimasi
Sterilisasi : Autoklaf
Kegunaan : antimikroba ( pengawet )
OTT : tidak dapat disimpan pada vial plastik, bentonit, magnesium trisilikat, polyetilen, polihidroksietil metakrilat.
Konsentrasi : hingga 0.5 % ( b/v )
Penyimpanan : serbuknya disimpan pada tempat yang tertutup rapat dan temperatur 8 – 15º C
Na diklofenac (British Pharmacopoiea 2005 hal: 631,USP 29 hal 684, Martindale 35 hal 38, Drug Information 2003 hal: 3439-3440)
Pemerian : Serbuk putih atau agak kekuningan, serbuk kristal, higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, mudah larut dalam metanol, larut dalam alkohol, agak sukar larut dalam aseton.
Stabilitas : Lindungi dari kelembaban, cahaya.
Sterilisasi : Autoklaf.
Khasiat : Antiinflamasi, analgetik
Dosis : Dewasa 25mg-50 mg tiga kali sehari (Martindale 28th hal.250)
Na benzoat (Farmakope Indonesia ed. IV hal: 584, Handbook of Pharmaceutical Excipient hal: 434)
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis, tidak berbau, stabil di udara
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol.
Stabilitas : Disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat yang sejuk dan kering.
OTT : Campuran kuartener, gelatin, garam feri, garam kalsium, dan garam logam berat, termasuk perak dan merkuri. Aktivitas pengawetnya berkurang dengan adanya interaksi dengan kaolin atau suraktan non-ionik.
Sterilisasi : Larutan dapat disterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi
Kegunaan : Pengawet, Antimikroba
Konsentrasi : 0,5 % (pengawet sediaan parenteral)
Lidokain HCl(Drug Information 2003 hal 3090, Farmakope Indonesia IV hal 497, Martindale ed 28 hal 902)
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, etanol, larut dalam kloroform dan tidak larut dalam eter
pH : 4 – 5,5 (Martindale ed 28 hal 902), 5 – 7 ( Drug Injectable & FI IV)
Stabilitas : Lidokain harus disimpan dalam suhu lebih kecil dari 40oC, lebih baik antara 15 - 30 oC, hindari penyimpanan pada pendinginan. Larutan lidokain aman terhadap asam dan hidrolisis alkali dapat dipanaskan pada autoklaf, Larutan untuk anestesi spinal harus diautoklaf pada 15 psi dan pada suhu 121 oC selama 15 menit. Larutan yang mengandung lidokain 1,5 % harus disterilisasikan lebih dari satu kali dan untuk lidokain yang mengandung lidokain 5 % disterilisasikan lebih dari satu sampai dua kali
Khasiat : Anestetik lokal
Dosis : Intravena 0,5 % (Martindale ed 28 hal 908)
OTT : Amfoterisin, sulfadiazin sodium, methohexital sodium, cefalozin sodium dan fenitoin sodium
Sterilisasi : Autoklaf
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Metil paraben ( Handbook of Pharmaceutical excipients, hal 310, FI IV hal 551)
Pemerian : Hablur kecil tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam air panas
Kegunaan : Antimikroba/pengawet
Stabilitas : Larutan metil paraben stabil pada pH 3 – 6, disterilisasikan oleh otoklaf 120ºC selama 20 menit tanpa terjadi peruraian. Dalam bentuk larutan stabil pada pH 3 – 6 (terurai kurang dari 10%) untuk penyimpanan lebih dari 4 tahun
OTT : Surfaktan anionik, bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan
Sterilisasi : Otoklaf
Wadah : Wadah tertutup baik ditempat yang dingin dan kering
Konsentrasi : 0,065 % - 0,25 % ( i.v)
Bobot molekul : 152,15
Rumus Struktur : C8H8O3
GENTAMISIN SULFAT (FI IV, hal. 406; FI III, hal. 266,Martindale ed 28 hal 1166)
Pemerian : Serbuk putih sampai kekuning-kuningan
Kelarutan : Larut dalam air; tidak larut dalam etanol, garam aseton, dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen
Khasiat : Antibiotikum
Kontraindikasi : Kehamilan (tulis buat di leaflet)
Efek samping : Gangguan vestibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas (tulis di leaflet)
Dosis : 2 – 5 mg / kg / hari (dosis terbagi setiap 8 jam) untuk dosis parental (BNF 2007, hal. 297)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
pH : 3,5 – 5,5
Sterilisasi : Filtrasi
Stabilitas : Stabil pada suhu 4oC dan 25oC (Martindale 2005 ed 34, hal.217)
OTT : Amfoterisin, sefalosporin, eritromisin, heparin, penisillin, Sodium bikarbonat dan sulfadiazin sodium.
NATRIUM METABISULFIT (FI IV, hal. 596; Martindale 2005 hal.1193; Excipient hal. 451)
Pemerian : Hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan, berbau belerang dioksida
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin, sukar larut dalam etanol
Kegunaan : Antioksidan
Konsentrasi : 0,01-1 % (Excipient ed. 2nd, hal. 451)
pH : 3,5 – 5
Stabilitas : Stabil pada suhu dibawah 40oC
Sterilisasi : Filtrasi
Metil prednisolon Na suksinat
Digunakan metil prednisolon Na suksinat karena larut dalam air (Martindale ed 28, hal. 479)
Pemerian : amorf atau serbuk warna putih, hampir putih, tidak berbau, Higroskopis.
Kelarutan : Sangat larut dalam air dan alkohol.
Stabilitas : mudah terkontaminasi oleh udara, harus terlindung dari cahaya (Martindale, hal. 479). Akan mengalami hidrolisis dan juga migrasi hasil rantai samping suksinat yang bersifat bolak – balik dari gugus hidroksi 21 menjadi 17. Selain hidrolisis dan migrasi, pada gugus asli juga terjadi reaksi degradasi metil prednisolon suksinat yang menghasilkan metil prednisolon bebas suksinat. Metil prednisolon Na suksinat stabil pada penyimpanan dalam bentuk padatan tanpa adanya air sampai saatnya direkonstitusi. (Connors, hal. 494)
Inkompabilitas : dengan berbagai macam obat tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH, konsentrasi obat, dan suhu.
Dosis : 10 – 250 mg (im atau iv) 6 kali sekali. 40 mg dengan benzil alkohol. (DI 88, hal. 1725)
Khasiat : antiinflamasi.
pH : 7-8 (injeksi)
Rute : IM
Cara sterilisasi : teknik aseptic secara radiasi (DI 88, hal. 1725) karena bersifat higrokospik dan dapat mengalami hidrolisis, serta tidak tahan pemanasan lebih dari 40oC
Teknologi Farmasi : dibuat injeksi IM dengan cara rekonstitusi
Penyimpanan : pada suhu 15o-30oC dan dibawah 40ºC
Dexamethason Na-phospat (FI IV Hal. 289, Martindale 28 hal 469)
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau agak kuning tidak berbau atau agak berbau etanol, higroskopis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam dioksan, tidak larut dalam kloroform dan eter.
Incompatibel : proklorperazin edisilate/vankomisin hidroklorid
Stabilitas : Pada 4 mg/ml larutan jernih dan tidak berwarna , pada 24 mg mg/ml larutan jernih dan berwarna kuning lemah. Larutan harus dilindungi dari cahaya dan dingin. Pada keadaan lain dexamethason sodium pospat labil dipanas dan tidak dapat disterilisasi autoklaf.
Cara penggunaan : IM dan IV
pH : 6,6 – 7,8(larutan), 5-6 (suspensi)
Sterilisasi : filtrasi
Khasiat : edema serebral
Dosis : awal 10 mg diikuti 4 mg setiap 6 jam secara IM. Pemakaian dihentikan setelah 5-7 hari
Wadah : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya
Diphenhidramin HCl ( FI IV hal. 330, Martindale 28 hal 1311 )
Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau. Jika terkena cahaya, perlahan-lahan warnanya menjadi gelap. Larutannya praktis netral terhadap kertas lakmus P.
Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam kloroform, agak sukar larut dalam aseton, sangat sukar larut dalam benzen dan eter.
pH : pH dalam larutan diphenhidramin HCl dalam air 4-6 (Martindale 28th hal.1311)
Sterilisasi : Otoklaf atau Filtrasi.
Khasiat : antihistamin
Dosis : 10-50 mg (Martindale 28 th hal.1311), 1 mL-5 mL
Stabilitas : diphenhidramin HCl harus terlindung dari cahaya, di dalam ruang yang temperaturnya terjaga (Handbook On Injectable Drugs hal. 424)
Penggunaan : diphenhidramin HCl digunakan melalui injeksi intramuskular (im), disuntikkan secara perlahan dengan jalur iv atau terus-menerus/infus iv intermitten, injeksi subkutan/perisvaskular harus dihindarkan karena dapat menyebabkan iritasi
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Vitamin K (FI IV hal. 673, DI 88 hal. 2120 )
Pemerian : Cairan sangat kental, jernih, kuning sampai kuning sawo, tidak berbau atau praktis tidak berbau, mempunyai bobot jenis lebih kurang 0,967, stabil diudara, tetapi terurai oleh cahaya matahari.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol mutlak, dalam benzena, dalam kloroform dalam eter dan dalam minyak nabati, sukar larut dalam etanol.
Stabilitas : stabil pada panas dan tekanan seperti pada otoklaf, harus terlindungi dari cahaya setiap saat.
Sterilisasi : otoklaf
pH : 3,5 – 7
Khasiat : Hypoprothrombinemia, pendarahan yang disebabkan oleh difesiensi vitamin K.
Dosis : 5 - 10 mg.
OTT : Kumarin dan turunan indadion
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Propil Paraben (FI IV hal 713, eksipien hal 411)
Pemerian : serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih, mudah larut dalam propilen glikol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
OTT : aktvitas antimikroba berkurang dengan adanya surfaktan nonionis.
Stabilitas : Propil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan otoklaf tanpa mengalami peruraian, stabil pada suhu kamar selama empat tahun lebih.
Konsentrasi : 0,005% - 0,2%
Sterilisasi : otoklaf
Kegunaan : antimikroba (pengawet)
Oleum Sesami (eksipien 2nd hal 420 – 421)
Pemerian : jernih berwarna kuning pucat, berbau aromatis, tidak berasa.
Kelarutan : tidak larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol 95%, sukar larut dalam karbon disulfida, kloroform, eter heksana dan petroleum eter.
Sterilisasi : filtrasi atau kering panas (oven)
Stabilitas : lebih stabil dari minyak yang lain dan tidak mudah teroksidasi.
OTT : dengan alkali hidrosida.
Kegunaan : Pelarut
Wadah dan Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Teknik : aseptik
Phenobarbital (Luminal)
(FI IV hal 659,DI 88 hal 1227)
Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur tidak berkilat, tidak berbau, tidak berasa, dapat terjadi polimorfisme.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol, dalam eter, dalam propilen glikol dan dalam larutan alkali karbonat, agak sukar larut dalam kloroform.
Stabilitas : Stabil dalm propilen glikol, terjadi pengendapan dalam larutan asam.
Khasiat : Hipnotik-sedativa dan antikonvulsan
pH : 8,5 - 10,5
Dosis : 100-320 mg untuk dewasa
16-100 mg untuk anak-anak
Rute pemberian : i.v.
Vitamin B1 (Tiamin hidroklorida)
(FI IV hal 784, DI 88 hal 2102)
Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih; bau khas lemah. Jika bentuk anhidrat terpapar udara dengan cepat menyerap air lebih kurang 4 %. Melebur pada suhu lebih kurang 248° C disertai peruraian.
Kelarutan : mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam eter dan dalam benzena.
Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Stabilitas : lindungi dari cahaya dan simpan pada suhu kurang dari 40º C, sebaiknya disimpan pada suhu antara 15-30 ºC.
Khasiat : vitamin neurotropik.
Dosis : 5-100 mg untuk 3 kali sehari (DI 88 hal 2103)
Sterilisasi : filtrasi
Cara penggunaan : Intramuskular
OTT : alkali dan larutan penetral, dan dengan pengoksidasi dan pereduksi.
pH : 2,5-4,5
Vitamin B6 (Piridoksin hidroklorida)
(FI IV hal 723, DI 88 hal 2099)
Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih atau hampir putih.
Kelarutan : mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam eter.
Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Stabilitas : stabil di udara dan secara perlahan-lahan dipengaruhi oleh cahaya matahari.
Khasiat : vitamin neurotropik
Dosis : 50-150 mg/hari (Martindale 28th Ed, hal 1643)
Sterilisasi : otoklaf
Cara penggunaan : IM, IV, subkutan
pH : 2-3,8 (Martindale 28th Ed., hal: 1643)
OTT : larutan alkali, garam besi, zat pengoksidasi
Vitamin B12 (Sianokobalamin)
(FI IV hal 264, DI 88 hal 2104)
Pemerian : hablur atau amorf merah tua atau serbuk hablur merah.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air; larut dalam etanol; tidak larut dalam aseton, dalam kloroform dan dalam eter.
Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Stabilitas : bentuk anhidrat sanagt higroskopik. Jika terpapar pada udara, menyerap air lebih kurang 12%. Stabil pada larutan netral tetapi dalam larutan basa dan asam kuat akan terdekomposisi secara perlahan.
Khasiat : vitamin neurotropik.
Dosis : 50-150 µg/ hari
Sterilisasi : otoklaf
Cara penggunaan : intra muskular
OTT : dengan bahan pengoksidasi atau pereduksi dan dengan garam dari logam berat.
pH : 4,5-7,0 (Martindale 30th Ed., hal: 1055)
Asam benzoate
(Excipient hal 32)
Pemerian : hablur bentuk jarum atau sisik, putih; sedikit berbau, biasanya bau benzaldehid atau benzoin.
Kelarutan : sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
Wadah & penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas : agak mudah menguap pada suhu hangat, mudah menguap dalam uap air.
Fungsi : antimikroba
Konsentrasi : 0,17% (Handbook of pharmaceutical excipients 2nd hal.32)
Sterilisasi : otoklaf
OTT : alkali atau logam berat.
pH : <5
Cara penggunaan : IM atau IV
Asam askorbat
(Handbook of pharmaceutical excipients hal 15, Martindale 28th hal 1654)
Pemerian : hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya lambat laun akan menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190° C.
Kelarutan : mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform.
Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Stabilitas : dalam bentuk serbuk asam askorbat relatif stabil dalam udara. Tidak stabil dalam larutan alkali.
Fungsi : antioksidan
Konsentrasi : 0,01-0,1%
(Handbook of pharmaceutical excipients, hal.15)
Sterilisasi : otoklaf
OTT : aminofilin, bleomisin sulfat, eritromisin laktobionat, natrium bikarbonat
pH : 2,1-2,6
EDTA
(Excipient hal 176)
Pemerian : serbuk kristal warna putih
Kelarutan : 1:500 dalam air
Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Stabilitas : stabil dalam bentuk padat, bentuk garam lebih stabil daripada asam bebas.
Fungsi : chelating agent.
Konsentrasi : 0,005-0,1%
(Handbook of pharmaceutical excipients, hal.32).
Sterilisasi : otoklaf.
OTT : dengan zat pengoksidasi kuat dan basa kuat.
Asam klorida
(FI IV hal 49)
Pemerian : cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap hilang.bobot jenis kurang 1,8
Wadah & penyimpanan : wadah tertutup rapat.
Stabilitas : bersifat korosif.
Fungsi : sebagai campuran dapar.
OTT : dengan basa, alkali karbonat, denga garam perak dan garam merkuri( Martindale hala 783)
Natrium asetat
( FI IV halaman 1181)
Pemerian : kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih; tidak berbau atau sedikit berbau asam asetat.
Kelarutan : 1 bagian dalam 0,8 bagian air; 1 bagian dalam 19 bagian alkohol; praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.
Wadah & penyimpanan: dalam wadah kedap udara.
Fungsi : sebagai ampuran dapar.
Sterilisasi : Otoklaf
Phenobarbital Na
(FI IV hal.660 ; Martindale 28 hal.811)
Pemerian : hablur berlapis atau hablur berbentuk granul, putih atau sebuk putih; higroskopis; tidak berbau; rasa pahit. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein dan terurai bila dibiarkan.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform.
Stabilitas : lebih larut dalam iar, dan dalam alkolhol;pratis larut dalam air dan alcohol.
OTT : sepaloridin, sepazolin sodium, klindamisin fosfat dan pentazocine laktat.
Sterilisasi : otoklaf
Khasiat : sedatif
Dosis : 100-200 mg, sehari maksimal 600 mg.
Ph : 9- 10,5
Penyimpanan : simpan di temapt terutup
THIAMFENIKOL GLYSINATE HCl
(Martindale ed 28 hal.1223, FI IV hal 787)
Pemerian : serbuk hablur atau hablur putih sampai putih kekuningan, tak berbau. Larutan dalam etanol mutlak memutar bidang polarisasi ke kanan; larutan dalam DMF memutar bidang polarisasi ke kiri.
Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam eter dan dalam etil asetat; agak sukar larut dalam etanol mutlak dan dalam metanol; mudah larut dalam asetonitril dan dalam dimetilformamida; sangat mudah larut dalam dimetilastemida.
Stabilitas : tidak stabil terhadap kelembaban dan cahaya.
Dosis : dosis injeksi yang digunakan yaitu dosis equivalen terhadap kloramfenikol. Dosis seperti kloramfenikol dan dosis kloramfenikol untuk injeksi adalah 100 mg/ml.
Khasiat : antibiotik untuk terapi pengobatan meningitis
pH : 3 – 4,5
OTT : potasium,hidrokortison sodium suksinat.
Sterilisasi : radiasi sinar gamma
Tramadol HCl
( Martindale edisi 28 hal 1029)
Pemerian : kristal putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air.
Stabilitas : Terlindung dari cahaya
OTT : Diazepam, diclofenac sodium, indometacin, midazolam, piroxicam, fenilbutazon, dan lisin aspirin.
Khasiat : Sebagai analgesik
Dosis : 50 mg - 100 mg dua kali sehari 1 ml
Sterilisasi : Autoklaf
Wadah : Wadah tertutup rapat
pH : 5,4
Rute : iv dan im
Benzalkonium Klorida
(Handbook of Excipients hlm 33 – 34)dan Matindale 28 hal 549.
Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuningan, memiliki bau dan rasa khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam eter, sangat mudah larut dalam aseton, etanol (95 %), methanol, propanol dan air.
Stabilitas : Benzalkonium klorida bersifat higroskopis dan tidak stabil terhadap cahaya, udara dan logam.
OTT : oksidasi agent, dan asam kuat,sabun dan surfaktan anionik,sitrat, iodidanitrat pemanganat,salisialat, garam perak, tartrat dan alkalis.
Konsentrasi : 0,01 – 0,02 %
Kegunaan : Pengawet anti mikroba
Penyimpanan : Tempat terlindung dari cahaya, hindari kontak dengan logam
Sterilisasi : Autoclaf dan dengan filtrasi.
Warfarinum Natricum
(FI IV hal 831, DI hal 734 )
Pemerian : Bentuk amorf atu serbuk hablur; warna putih; tidak berbau; rasa agak pahit. Warna hilang oleh pengaruh cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; sangat sukar larut dalam kloroform dan eter.
Stabilitas : Warfarin Natrium warnanya terurai oleh cahaya. Warfarin Na dalam bentuk larutan akan terurai setelah 4 jam.
OTT : Dengan warfarin sodium. Injeksi Sianokobalamin dengan dekstrosa tidak boleh menggunakan warfarin sodium.
Khasiat : Anti Koagulan
Dosis : 10-15 mg (2 – 5 hari) [DI 88 hal.734]
pH : 7,2 – 8,3
Rute pemberian : intramuskular dan intavena
Sterilisasi : Sterilisasi akhir dengan autoklaf [DI 88 hal.734]
Wadah : Wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.